Jumat, 21 April 2017

Tanpa Kedua Tangan, Haikal Tetap Mandiri



Wartawan Serambi Indonesia, YARA Perwakilan Aceh Timur, dan TKSK Idi Rayeuk, foto bersama anak tanpa kedua tangan Haikal, Rabu (5/4/2017).



Tanpa Kedua Tangan, Haikal Tetap Mandiri


Laporan Seni Hendri | Aceh Timur


SERAMBINEWS.COM, IDI-Namanya Muhammad Haikal (3,8 tahun) anak pertama dari pasangan Indra Purnama (31) dan Nur Aida (27) warga Gampong Keude Blang, Kecamatan Idi Rayeuk, Aceh Timur.

Haikal merupakan bocah yang memiliki keterbatasan diri yaitu cacat tubuh (tunadaksa) tanpa memiliki kedua tangan. Cacatnya itu merupakan cacat bawaan sejak dalam kandungan.

Sempat muncul rasa haru saat Serambinews.com didampingi Petugas TKSK Idi Rayeuk, Rahmat Hidayat, menyambangi rumah Muhaikal, Minggu (2/4/2017).

Rasa haru itu muncul ketika melihat Haikal bercelana pendek berbaju kaos dengan lengan pendek. Namun tanpa kedua tangan sebagaimana lazimya anak-anak sempurna fisik secara umum.

Kita berpikir bagaimanakah Haikal menjalani hari-harinya tanpa kedua tangan? Ternyata tak sesulit yang kita bayangkan. Di hadapan Serambi Haikal secara gamblang menjawab pertanyaan yang dilontarkan. Ia tampak sangat menikmati hidupnya meski keterbatasan diri.

"Nama saya Haikal, umur 3 tahun," ungkap Haikal menjawab pertanyaan Serambi.

"Saya ingin sekolah di SD. Cita-cita ingin jadi tentara, atau dosen," ungkap Haikal sambil tersenyum manis.

Selain pintar bicara, Haikal juga pintar menghitung dari nomor satu sampai sepuluh.

Ia juga pintar menghafal doa sebelum tidur,"Bismillahirrahmanirrahim. Bismika Allahuma waammut. Amin," ungkap Haikal.

Tak hanya itu, meski baru berumur 3,8 tahun. Ia juga sudah mandiri. Ia bisa makan, minum, dan mandi sendiri menggunakan kedua kakinya. Termasuk belajar menulis dengan mengapit ballpoin di jari induk kaki kirinya. Hal ini dipraktekan Haikal secara berlahan dan lincah. Luar biasa, Maha Besar Kuasa Allah SWT.

"Hanya memakai baju yang harus dibantu, tapi ia terus belajar memakainya sendiri," ungkap Nur Aida ibunda Haikal.

Semua kebiasaan Haikal ini, jelas Nur Aida, tidak ia ajarkan melainkan muncul dari kemampuannya sendiri. Bahkan, ia sendiri mengaku terharu dengan kemampuannya anaknya yang serba bisa saat berusia dua tahun.

Jika Haikal sudah berumur 4 tahun nanti, ungkap Indra ia, berniat menyekolahkan Haikal di TK gampong setempat. Jika sudah layak sekolah ia pun berencana memasukan Haikal sekolah di SD gampong setempat.

"Semoga Haikal tidak minder dengan teman-temannya," ungkap Indra.
Terlahir dengan keterbatasan fisik, kedua orang tua ini mengaku bangga dengan anaknya Haikal.

"Saya ingin Haikal sukses dan berguna bagi nusa dan bangsa," ungkap Nur Aida.

Sejak mengetahui Haikal lahir dengan kondisi keterbatasan fisik ia ikhlas menerima takdir Ilahi (Allah SWT). Ia yakin bahwa Haikal merupakan amanah dari Allah yang harus disyukuri dan diasuh dengan baik.

"Allah maha adil, maha pengasih dan penyayang. Dalam kekurangannya Haikal punya banyak kelebihan. Ia jarang sakit, jarang nangis, bahkan rezekinya dan rezeki kami selalu ada," ungkap Nur Aida.

Petugas TKSK Idi Rayeuk, Rahmat Hidayat, mengatakan Haikal tergolong Anak dengan Kedisabilitasan (ADK) yang mendapat bantuan biaya hidup Rp 250 ribu/bulan dari APBK Aceh Timur yang disalurkan oleh Dinsos Aceh Timur sejak tahun 2015.

Terkait bantuan ini, Nur Aida, mengaku sangat bersyukur sehingga sejumlah kebutuhan Haikal dapat terpenuhi.

Namun saat ini, katanya, Haikal, minta dibelikan Ipad untuk belajar. Untuk itu, ayahnya yang berprofesi sebagai buruh kasar masih berusaha mencari biaya untuk membelikan permintaan si buah hatinya.

Jika ada pihak yang berniat berbagi kebahagian dengan Haikal, ungkap Indra, pihaknya bersedia menerima dengan senang hati dan dapat menghubungi di 085275474437.

Belajar dari Kesalahan

Meski Jadi Pelajaran, tapi ada kesalahan yang akan menjadi penyesalan, dan tidak mungkin bisa diulangi lagi. Karena kesempatan itu belum ten...